Jika Islam dilihat dari praktek kehidupan umatnya, bisa jadi keindahan ajaran Islam tidak tampak sempurna sebagaimana cita-cita dan semangatnya. Kehidupan umat Islam di manapun berada selalu menggambarkan keanekaragaman sesuai dengan kondisi dan situasi. Perilaku seseorang dan juga masyarakat banyak yang membentuk, baik sejarah, sosiologis, politis, antropologis, tingkat pendidikan dan lain-lain. Kehidupan masyarakat Islam di pedesaan yang berekonomi lemah akan berbeda dengan kehidupan umat Islam di perkotaan yang masyarakatanya berpendidikan cukup dan apalagi ekonominya sudah mapan. Begitu pula dengan umat Islam yang berlatar belakang pendidikan agama sebatas memperoleh di sekolah yang hanya diberikan beberapa jam pada setiap minggu, akan berbeda dengan mereka yang pernah belajar atau nyantri yang cukup lama di pesantren.

Keindahan Islam akan nampak jelas bila dipelajari dari sumber aslinya, yaitu Al-Qur'an dan tauladan kehidupan Rasulullah. Belajar Islam harus melalui Al-Qur'an. Kitab suci inilah yang memberi gambaran sesungguhnya tentang Islam itu. Kejelasan bagaimana Al-Qur'an itu dilaksanakan, bisa ditangkap melalui contoh kehidupan nyata yang dijalankan oleh utusan-Nya, yaitu Muhammad saw., yang disebut dengan hadits atau sunnah. Oleh karena itu, agar dapat menangkap spirit dan kandungan Al-Qur'an secara utuh, maka umat Islam semestinya mempelajari Bahasa Al-Qur'an, yaitu Bahasa Arab yang digunakan oleh Al-Qur'an. Sementara ini, karena tidak mudah menguasai Bahasa Arab, pemerintah melalui Departemen Agama telah menerjemahkan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia. Untuk kepentingan kaum awam, kiranya memahami Islam (Al-Qur'an) melalui hasil terjemahan tersebut bisa dibilang cukup memadai, akan tetapi bagi orang-orang yang ingin mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, maka harus mampu menguasai Bahasa Al-Qur'an.

Dalam uraian ini, saya ingin mengemukakan bahwa Surat Al-Fatihah itu, selain sebagai pembuka, juga sekaligus sebagai induk isi al-Qur�an. Surat al-Fatihah merupakan surat yang harus dibaca pada setiap raka'at shalat, dan kandungan isinya merupakan inti dari keseluruhan isi al-Qur'an. Meskipun surat al-Fatihah hanya terdiri atas tujuh ayat, akan tetapi ketujuh ayat tersebut memuat prinsip-prinsip dasar kehidupan manusia, yang jika dijalankan oleh siapa pun dan di mana pun akan mendapatkan kebaikan dan keselamatan.

Surat Al-Fatihah dimulai dengan basmallah, bunyi lengkapnya bismillahirrahmanirrahiem. Ayat ini tidak saja digunakan sebagai pembuka surat al Fatihah, melainkan juga digunakan sebagai pembuka seluruh surat dalam Al-Qur'an yang berjumlah 114 surat, kecuali surat At-Taubah. Mungkin, kita agak penasaran, mengapa surat At Taubah diperkecualikan tidak dimulai dengan basmallah. Ternyata, surat tersebut berisi ikhwal tentang peperangan. Bisa jadi, rahasianya adalah bahwa dalam perang, tidak pernah ada suasana kasih sayang di antara yang terlibat dalam peperangan itu.

Betapa pentingnya kalimah basmallah ini, sehingga Surat Al-Fatihah yang hanya terdiri atas tujuh ayat, terdapat dua ayat yang serupa, yaitu Bismillahirrah manirrahim dan Arrahmanirrahim. Kedua ayat tersebut sama-sama menunjukkan sifat Allah yang sangat mulia, yaitu sifat kasih sayang. Arrahman dan Arrahiem. Kedua sifat mulia Allah swt. ini, sedemikian banyak bertebaran dalam Al-Qur'an. Sedemikian sering kalimah ini harus dibaca umat Islam dan juga sedemikian banyak kalimah itu pula bertebaran dalam Al-Qur'an, kiranya siapapun akan menangkap betapa pentingnya suasana kasih sayang harus ditumbuhkan dalam kehidupan, baik pribadi, keluarga maupun masyarakat. Dengan cara demikian, dapat ditangkap betapa Allah menunjukkan pentingnya kehidupan ini seharusnya diwarnai oleh nilai-nilai kasih sayang. Hidup tanpa didasari sifat mulia ini, maka dapat digambarkan bahwa kehidupan akan bercerai berai, pertengkaran, konflik dan bahkan melahirkan bibit peperangan. Sebaliknya, sekalipun suatu kehidupan mengalami serba kekurangan dan keterbatasan, maka kehidupan itu masih tetap rukun, damai dan bahagia, karena di hati mereka masih bersemayam sifat saling kasih mengkasihi dan saling menyayangi.

Lebih jauh lagi, bila kita mau menyadari dan merenung secara mendalam, bukankah sesungguhnya keberadaan jagad raya ini adalah buah dari sifat Allah yang mulia, yaitu sifat Arrahman dan Arrahiem. Atas dasar sifat-Nya yang mulia itu Allah menciptakan jagad raya dan seisinya. Melalui sifat Allah yang mulia ini pula, kita diciptakan dan menjadi bagian dari ciptaan-Nya. Sifat-Nya yang mulia, yaitu kasih sayang, dikaruniakan kepada orang tua kita, lalu lahirlah anak dan kemudian lahirlah kita dari kedua orang tua kita masing-masing. Dus, kita ada sesungguhnya adalah buah dari sifat kasih saying yang telah dikaruniakan kepada kedua orang tua kita. Saya akan mengatakan bahwa keberadaan kita di muka bumi ini merupakan bagian dari buah dari sifat kasih sayang Allah swt. yang diturunkan kepada kedua orangtua kita. Tanpa sifat-Nya yang mulia, kita tidak akan pernah mengalami kehidupan di dunia yang indah ini. Sifat kasih sayang sesungguhnya mengawali kehidupan ini, dan seharusnya juga selalu menghiasi jalan hidup kita dan sekaligus mengakhirinya.

Sifat mulia Arrahman dan Arrahim ternyata tidak hanya dibutuhkan manusia, melainkan juga seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Secara sederhana dapat kita ambil sebuah contoh yang ada di lingkungan sekitar kita, bahwa binatang dan tumbuh-tumbuhan ternyata memerlukan kasih sayang kita. Allah swt., dengan sifat-Nya yang mulia, menciptakan makhluk-makhluk itu. Manusia yang bertugas mengemban amanah kekhalifahan di jagat raya ini supaya memelihara sebaik-baiknya. Bukan sebatas memanfaatkan, melainkan juga merawat dan memberi kasih sayang pada makhluk hidup tersebut. Walaupun hanya sebuah tanaman, kalau kita beri kasih sayang, maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik dan subur. Coba kita perhatikan dan sekaligus kita bandingkan, bunga-bunga di sekitar rumah, antara yang kita beri kasih sayang dengan yang tidak, maka akan tumbuh secara berbeda. Seolah-olah tanaman bunga yang kita rawat dengan kasih sayang, kita beri pupuk, air dan sinar yang cukup, dan bahkan kita sapa dengan salam, maka bunga-bunga tersebut akan lebih menampakkan keindahannya. Tanaman akan berbeda pertumbuhannya antara yang kita rawat dengan halus dengan yang kita rawat dengan kasar. Tumbuhan yang kita potong dengan kasar, memakai mesin pemotong yang bukan ukurannya, akan memberi respon negatif, pertumbuhannya idak akan sempurna. Tukang taman yang sehari pekerjaannya merawat bunga-bunga di sekitar kantor kita dan juga di rumah kita, memiliki pengalaman menarik, mengetahui bahwa tanaman bunga pun memerlukan sentuhan kasih sayang. Apa yang terjadi pada tumbuhan, terjadi pula pada kehidupan binatang, apalagi pada kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebagai pendidik atau guru, yang tidak boleh dilupakan adalah selalu memiliki dan memberikan sifat kasih sayang ini kepada siapapun. Dan keberhasilan pendidikan sesungguhnya amat ditentukan oleh seberapa besar kita mampu memberikan sifat kasih sayang ini kepada anak didik kita semua.

Dalam sebuah hadits Nabi disebutkan, bahwa amal perbuatan yang tidak dimulai dengan ucapan basmallah, maka amal perbuatan tersebut tidak akan diterima atau tidak akan memberi manfaat. Hadits ini mengingatkan kepada siapapun, bahwa betapa pentingnya suasana kasih sayang itu sebagai landasan terhadap segala perbuatan yang kita lakukan dalam setiap keadaan. Seakan-akan kalimat ini mengingatkan, sekalipun kamu memberi sesuatu yang sangat berharga kepada orang yang lagi membutuhkan, rasanya akan tidak sempurna pemberian itu jika tidak didasari oleh rasa kasih sayang. Memberi sesuatu berharga kepada orang lain tanpa alasan atau sebab, jarang terjadi. Dan jika pun itu dilakukan, manakala pemberian tersebut tidak didasarkan pada suasana kasih sayang, justru akan menimbulkan beban psikologis bagi penerimanya. Ikhlas dan kasih sayang selalu menjadi awal dan akhir serta kunci sebuah kedamaian, membangun kerukunan dan menabur kebahagiaan.

Pelajaran dari Al-Qur'an ini semestinya menjadi pegangan sekaligus kekayaan hati dan batin kita. Sebagai seorang muslim, kita harus menjadikan sifat kasih sayang sebagai kekayaan utama. Sebagai sebuah kekayaan, maka kita tebarkan sifat mulia tersebut dan sekaligus kita hiasi setiap tindak dan perilaku kita. Sifat kasih sayang, tentu tidak berarti harus memberikan toleransi terhadap semua perbuatan yang semestinya dilarang. Sifat kasih sayang juga bukan berarti kita membolehkan, misalnya anak buah kita ----jika kebetulan jadi pimpinan, melakukan apa saja yang mereka maui. Sifat kasih sayang justru, bisa jadi termanivestasi dalam bentuk mencegah, melarang dan bahkan juga menghukum. Seorang pimpinan yang membiarkan anak buahnya melanggar peraturan yang berakibat kerugian dan atau bahkan kecelakaan yang seharusnya tidak terjadi, justru bukan bermakna memberikan kasih sayangnya. Sifat kasih sayang selalu bersemayam di hati, dan implementasinya bisa berupa aneka ragam tindakan yang wujudnya bisa berbeda-beda. Nabi Khidir bersama Musa pernah memberikan kisah tauladan, bagaimana kasih sayang itu diimplementasikan.

Belajar dari sepotong surat al-Fatihah ini, betapa sesungguhnya indahnya Al-Qur'an sebagai petunjuk atau hudan linnas yang seharusnya difungsikan sebagai pedoman bagi setiap perilaku kehidupan kita ini. Dengan jiwa kasih sayang seorang ayah dan ibu akan melahirkan anak sholeh, dengan kasih sayang guru akan melahirkan lulusan yang cerdas dan berakhlak mulia, dengan kasih sayang petani dan tukang kebun maka tanaman akan menghasilkan buah dan bunga-bunga yang bernilai tinggi, dengan pengembala yang memiliki sifat kasih sayang pada ternak gembalaannya maka akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Demikian pula jika saja para pejabat di semua level memiliki sifat mulia ini, yakni kasih sayang kepada seluruh rakyatnya, maka orang miskin, orang bodoh, terlantar dan orang-orang yang kaya masalah akan segera dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan. Melalui uraian ini, saya hanya akan mengatakan bahwa kunci kebahagiaan dalam kehidupan ini sesungguhnya adalah sifat Arrahman dan Arrahim. Pertanyaannya sederhana, mampukah kita menangkap, memupuk dan menumbuh-kembangkan sifat mulia ini pada hati dan sanubari kita masih-masing? Al-Qur'an melalui sepotong ayatnya pada surat al-Fatihah, menunjukkan betapa indahnya ajaran Islam yang seharusnya dijadikan pegangan bagi ummatnya secara istiqamah untuk menggapai kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Allhu a�la

sumber:http://www.pkesinteraktif.com/



Baca Juga yang Ini:


Posted By

Jangan Asal Copy Paste, Jangan Lupa Cantumkan Link Aktif !!! baca aturannya disini

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 Prima-gatak / Template by : Urangkurai